Jurnal Komunikasi Produktif Hari ke-8

Entah ini sudah hari ke berapa, insyaAllah sedang membangun kebiasaan baik Hizbi dalam mengawali pagi hari. Seperti biasa, Hizbi jalan-jalan pagi bersama Ayahnya saat saya memasak sarapan. Proses memasak saya sudah beres dan terdengar juga suara Hizbi pulang. Saya mendapat temuan belajar komunikasi produktif di pagi hari.

Temuan Pembelajaran

Memasak sudah beres, saatnya bebersih menyapu rumah sambil menunggu air hangat. Hizbi mandi sesekali dengan air hangat karena udara di Madiun cenderung dingin saat pagi. Air hangat campur air keran jadinya terasa biasa.

Mendadak suami datang, menawarkan diri untuk menyapu. Meminta saya yang mengajak Hizbi agar mau mandi. Saya tanya alasannya karena kemungkinan Hizbi tak mau diajak mandi saat asyik bersama saudaranya. Saya sudah bisa menebak sedikit alurnya nanti. Baiklah dijalani saja, bagaimana penolakannya.

Saya melihat Hizbi asyik bermain bola dengan saudaranya. Saya coba mendekat sambil sedikit memuji seakan ikut larut kesenangannya bermain.

"Hizbi, maaf ya, mainnya sudah dulu. Sekarang ayo mandi," saya ajak sambil bicara sejajar dengannya.

"Nggak mau mandi," katanya.

"Mandi sebentar, nanti main lagi," saya agak membujuk.

"Nanti mandinya, nanti," Hizbi sudah merengek.

Saya peluk, gendong sambil bicara, "Sekarang ya, itu (Mbak Tika) mau belajar. Jadinya mau pulang, mandi juga."

Tak ada penolakan dari gerakan Hizbi, menangis sambil merajuk tawaran mandi.

"Ya sudah, diantar Mbak Tika ke kamar mandi ya. Setelah mandi, makan, Mbak Tika selesai belajar, bisa main lagi," saya coba menjelaskan.

Alhamdulillah, tangisan mereda begitu masuk kamar mandi. Saya masih memandikan Hizbi dan Hizbi menikmati mandinya pagi itu.

Tantangan Komunikasi Produktif

Sebetulnya sudah mengira alurnya bahwa Hizbi akan menolak. Tapi saya tetap mencoba stay cool, tak terbawa emosi saat Hizbi mulai berontak dan menangis. Alhamdulillah emosi negatif saya bisa dikendalikan juga pagi ini.